Jurnalis Warga Dan Gerakan Literasi Lokal Menyebar Budaya membaca Buku Di Ruang Publik

Jika minggu pagi mengunjungi pojok tenggara alun-alun Taman Kusuma Wicitra Tulungagung, pasti menemukan buku-buku dan bahan bacaan lain, tergelar pada sehampar lapak bekas banner ukuran 4x8 meter. Bukan dijual, melainkan untuk dibaca gratis para pengunjung alun-alun, mulai anak-anak sampai orangtua. Pemandangan ini selalu terlihat sejak 17 februari silam, setelah pegiat literasi yang di dalamnya adalah para Jurnalis Warga Tulungagung [JWTA], melancarkan gerakan budaya baca bertajuk: Tulungagung Membaca 2013.

"Kaum wartawan memang sohor gemar membaca. Tetapi sedikit dari mereka yang gemar menyebarkan budaya membaca. Inilah wajah yang berbeda dari Jurnalis Warga Tulungagung, yang keberadaannya semakin dicintai," tegas salah seorang Jurnalis Warga yang sedang menyelesaikan trilogi novel tentang Majapahit dan Bonorowo ini.

Jurnalis Warga Tulungagung gelar Cangkruk Baca dan Kreasi di Alun alun Tulungagung bersama Sanggar PENA ANANDA CLUB


Acara dimulai pukul 06.00 hingga tengah hari. Pada jam pertama biasanya dihangati dulu dengan pembacaan puisi, sajak, geguritan, dongeng, orasi budaya baca, baik oleh para pegiat maupun pengunjung. Selanjutnya kegiatan membaca bersama, mengalir guyub rukun sampai selesai, bahkan kerap molor, lantaran beberapa pengunjung keasikkan membaca, sembari menikmati sejuk udara taman kota.

"Sebagian anggota Jurnalis Warga Tulungagung mengelola Taman Bacaan Masyarakat [TBM]. Sementara kegiatan Tulungagung Membaca pada awalnya merupakan gerakan yang diprakarsai komunitas TBM Tulungagung. Jadi tidak heran jika setiap minggu pagi, mereka ikut mencantikkan suasana alun-alun kota, bersama buku-buku dan bahan bacaan lain," ungkap Tjut Zakiyah Anshari, pengasuh sanggar penulis Pena Ananda Club Tulungagung, salah satu penggagas yang sangat gigih dalam gerakan keren ini.

Field Officer Puskakom Surabaya, pendamping Jurnalis Warga Tulungagung dan pemilik nama kreatif Bunda Zakyzahra Tuga ini, itu menambahkan, gerakan budaya baca ini merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam rangka ikut mencerdaskan dan membaguskan kehidupan bangsa. "Membaca merupakan pintu ilmu pengetahuan. Membudayakan membaca sudah menjadi kewajiban setiap lapisan masyarakat. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, Jurnalis Warga Tulungagung juga memiliki tanggungjawab ini. Semoga menginspirasi kawan-kawan Jurnalis Warga daerah lain," imbuh perempuan yang sejak awal sangat gigih mempertahankan Cangkruk Baca dan Kreasi ini.

Dian Aulia Aswari, Koordinator JWTA yang saban harinya bekerja sebagai Pengawas Pemilu Kecamatan [PPK] sangat mendukung keterlibatan para Jurnalis Warga dalam kegiatan Tulungagung Membaca 2013, terutama dalam mengasah kepekaan sosial. "Dengan membaur bersama masyarakat setiap minggu pagi di pusat keramaian kota, kemungkinan mendengar aspirasi masyarakat lebih besar. Ini bentuk kepedulian kita kepada masyarakat. Ini kelak dapat diterapkan dalam penulisan berita yang lebih berpihak kepada kepentingan masyarakat," terang ibu dua anak ini.

Lain halnya dengan Binti Nurul Annifah, anggota JWTA yang belum lama ini menjuarai lomba penyiar di Radio LIIUR FM. Ia menyebutkan, dengan aktif dalam gerakan Tulungagung Membaca, kemampuan menulis para anggota JW lebih terasah, karena di akhir acara selalu ditutup diskusi bertajuk Cangkruk Sastra, membahas perkara seputar dunia baca dan tulis. "Selama ini kami banyak menulis berita terkait kesehatan dan perijinan. Dua persoalan tersebut, memang menjadi fokus pemberitaan Jurnalis Warga Tulungagung. Sementara kami juga ingin menulis lebih dari itu. Dan di acara Cangkruk Sastra, kami lebih mengenal jenis penulisan lain seperti artikel maupun fiksi. Di sini kumpul bareng para penulis juga sastrawan. Menjadi nilai tambah yang menarik dan inspiratif," ungkap pembina Pramuka ini yang diamini tiga anggota JWTA lain, Aksa, Manda, dan Ika.

Sedangkan Amat Choiry "A-Choy", salah seorang Jurnalis Warga yang mengelola TBM Al Ikhlas mengatakan bahwa seorang wartawan memiliki beberapa tanggungjawab sosial kepada masyarakat, diantaranya menyebarkan budaya membaca. "Meski sekarang banjir bacaan-bacaan di dunia maya, tetapi bacaan buku, maupun media cetak lainnya, tetap menjadi bagian dari budaya membaca. Kami ingin masyarakat Tulungagung menjadi masyarakat yang gemar membaca dan tidak meninggalkan budaya membaca buku serta media cetak," imbuh sosok yang juga menggeluti profesi sebagai pembina Pramuka ini.

Minggu ini, 25-28 Juli, Ahmad Fauzan, salah seorang anggota JWTA yang memangku mandat sebagai ketua Tulungagung Membaca 2013, berkesempatan mengikuti Temu Forum TBM tingkat nasional di Makassar. Dalam Temu FTBM itu, kiranya dosen muda STAIN Tulungagung ini, bakal dengan bangga mengenalkan diri sebagai seorang Jurnalis Warga yang gemar menyebarkan budaya membaca.

Sementara selama bulan Ramadhan, para Jurnalis Warga Tulungagung tidak dapat dijumpai di alun-alun Kusuma Wicitra pada Minggu pagi. Di bulan suci ini, acara Tulungagung Membaca dimajukan ke Sabtu sore, sekalian buka puasa bersama. Sangat guyub rukun. Semoga menginspirasi para Jurnalis Warga kota lain, dan para wartawan media mainstream. (Siwi Sang, Jurnalis Warga Tulungagung, Puskakom – Kinerja USAID)

Jurnalis Warga Dan Gerakan Literasi Lokal Menyebar Budaya membaca Buku Di Ruang Publik Jurnalis Warga Dan Gerakan Literasi Lokal Menyebar Budaya membaca Buku Di Ruang Publik Reviewed by Unknown on October 09, 2016 Rating: 5

#FBM2017

#FBM2017