Jurnalis Warga Dan Forum Peduli Kesehatan Ibu Dan Anak
Keberadaan
dan peran Multi Stakeholder Forum [MSF] dalam pengelolaan pelayanan
publik sangat penting dan strategis. Penting karena pelayanan publik
merupakan sektor layanan yang menyangkut kepentingan rakyat. Strategis
karena pengelolaan pembangunan harus dikelola pemerintah bersama
masyarakat. Dalam hal ini, MSF merepresentasikan masyarakat. Demikian disampaikan Suprayitno pada acara pendampingan penguatan MSF dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan publik, di ruang pertemuan Wiyata Husada
Dinas Kesehatan Tulungagung, Selasa, 18/8.
Pendampingan
yang rencananya berlangsung 2 hari ini bertujuan mendukung kapasitas
MSF supaya dapat melaksanakan program kerja secara maksimal. Lebih
khusus lagi, pendampingan bertujuan antara lain untuk memahami kembali
kerangka dan bagan arus advokasi terpadu. Selain itu untuk memahami
proses dan hasil kegiatan MSF. Kemudian mengidentifikasikan berbagai
masalah yang muncul dan penyebab-penyebab timbulnya masalah tersebut.
Pendampingan ini juga bertujuan untuk menganalisa kekuatan dan potensi
serta menyusun rencana aksi lanjut.
Sebagaimana diketahui bahwa pembentukan
dan pengembangan peran dan fungsi MSF peduli pelayanan publik di
Provinsi Jawa Timur, telah dilakukan seiring dukungan pelaksanaan
program KINERJA-USAID. Adapun daerah mitra kerjanya meliputi Bondowoso,
Jember, kabupaten dan kota Probolinggo, serta Tulungagung.
Seluruh MSF mulai dari tingkat kabupaten
hingga di tingkat layanan dasar (Puskesmas) telah melakukan konsolidasi
diri, menyepakati rencana aksi, dan melakukan aksi mendorong dan
mengawal janji perbaikan layanan publik. Sektor layanan yang menjadi
fokus perbaikan relatif beragam, walaupun tetap pada sektor pendidikan,
kesehatan, infrastruktur dasar dan sektor pengembangan ekonomi lokal.
Forum Peduli KIA Tulungagung terbagi
dalam 4 kelompok, MSF Kecamatan Beji, Ngunut, Kauman dan MSF Kabupaten.
Masing-masing kelompok mendiskusikan rencana kerja yang telah disusun
pada pertemuan MSF 27/6 silam di ruang rapat Bappeda Kabupaten
Tulungagung.
Setelah masing-masing kelompok
memaparkan rencana aksi, proses dan hasil kegiatan MSF, mereka kemudian
mengidentifikasikan masalah dan penyebabnya, menggali kekuatan dan
potensi serta mencari solusi yang kelak dijadikan alat untuk
meningkatkan aksi lanjut.
Begitu Nur Muftin, bidan koordinator
Ngunut selesai memaparkan hasil kegiatan Forum Peduli KIA wilayah
Ngunut, suasana gedung Wiyata Husada mendadak hangat. Masalah kesulitan
pendanaan dalam mendukung pelaksanaan program kerja menjadi sorotan
utama sebagian besar peserta pendampingan.
"Titik poinnya ketidakpedean persoalan
pendanaan," simpul Nur Aini Lathifah, Bidang Hubungan Lembaga Forum
Peduli KIA Tulungagung. "Ini memang menjadi persoalan klasik sekaligus
aktual. Kita tidak materialis, namun kita butuh material. Solusinya
diharapkan dibahas detail nanti sampai besok."
Ketika diskusi semakin hangat,
Zulfatunnikmah, Bidang Litbang Forum Peduli KIA, yang juga Ketua PSG
STAIN ini melontar gagasan keren. "Apa tidak mungkin kita menggalakkan
semangat kerelawanan? Monitoring misalkan, bisa atau sangat bisa
dilakukan tanpa dana? Apa susahnya berkunjung ke Puskesmas untuk
memonitor janji perbaikan layanan? Seringkali saya bergerak hanya
berdasar undangan."
Winny Isnaini dari LPA sangat sepakat
dengan masalah kerelawanan yang dimajukan Zulfatunnikmah. "Orang baik,
pintar namun belum tentu kober. Kita perlu melihat potensi untuk
menggerakkan. Kami pernah mengisi dalam pertemuan ustadz se-Tulungagung,
namun perlu koordinasi dengan Kemenag."
Tetapi Nur Aini setia pada pendapatnya.
"Kerelawanan sangat bagus sekali," ungkapnya. "Namun relawan di sini
tetap masuk dalam prinsip kinerja dan komitmen. Jika ada orang pintar
tetapi tidak kober (sempat), ada kemungkinan ujung-ujungnya duit juga.
Harus kita lihat betul, di belakangnya berujung uang apa tidak. Banyak
faktor yang bisa memengaruhi. Usulan tentang kerelawanan memang bagus,
namun perlu ditinjau kembali. Jangan sampai forum ini dianggap tidak ada
apa-apanya, sehingga malah tidak jalan."
Edy Subhan dari SIGI TV berupaya mencari
jalan tengah. Ia mewacanakan menggandeng donatur atau sponsor dalam
beberapa kegiatan Forum Peduli KIA. Membikin even yang menjual atau
mengundang massa. "Jika ada kesepakatan, saya dari SIGI TV, akan
mengakomodir kegiatan itu. Tetapi harus kontinyu. Dengan demikian,
setidaknya sedikit mengurai persoalan pendanaan yang dihadapi wilayah
Ngunut juga lainnya."
Tomy Wangsit, ketua Forum Peduli KIA
wilayah Ngunut, menyambut baik gagasan itu. Ia menekankan pentingnya
peran media baik cetak maupun audio visual dalam menyosialisasika setiap
kegiatan Forum Peduli KIA Tulungagung. "Bahwa persoalan kesehatan ibu
dan anak sesungguhnya sangat penting. Namun kenapa masyarakat tidak
sadar? Bandingkan misalnya ketika Sisca Yofie meninggal, masyarakat
menyambut sangat ramai. Ini karena media dalam mengemas berita dengan
baik, menjadi berita seksi menarik antusias masyarakat. Isu kesehatan
masyarakat selama ini jarang disentuh media mainstream."
Sementara menanggapi gerakan kerelawanan
yang digagas Zulfatunnikmah, Suprayitno mengungkapkan bahwa setiap
forum yang muncul dalam masyarakat, pada awalnya berangkat dari sikap
kerelawanan. Menurutnya, jika berangkat dari sikap formalistik, jangan
harap dapat berumur panjang. "Bagaimana mencapai kerelawanan, banyak
jalur institusional. Misalkan adanya Fatayat yang memiliki banyak
jama'ah. Muslimat, Aisyiyah, Fatayat dan sebagainya. Kerelawanan bukan
barang mustahil. Mudah-mudahan Tulungagung segera memulai. Probolinggo
sudah memulainya. Mereka menyebut sebagai KMS alias Kartu Menuju Surga."
(Siwi Sang, Jurnalis Warga Tulungagung, Puskakom – Kinerja USAID)
SUMBER: http://www.tulungagung.go.id
Jurnalis Warga Dan Forum Peduli Kesehatan Ibu Dan Anak
Reviewed by Unknown
on
October 09, 2016
Rating:
Post a Comment